Senin, 05 Desember 2011

APAKAH KAMU MEMPERHATIKAN BAHWA ALLAH MENCIPTAKAN UNTUKMU KEINDAHAN-KEINDAHAN YANG TIDAK KAMU SANGKA?

Kebanyakan orang akan membuat pernyataan yang kira-kira sama tentang “kehidupan di dunia”. Biasanya mereka menggambarkannya sebagai sebuah siklus yang monoton, yaitu tersusun dari rutinitas-rutinitas dan harapan-harapan. Tentunya, pandangan mereka tentang hidup sangat merefleksikan gambaran ini. Diinginkan atau tidak, mereka terbiasa dan beradaptasi dengan semua yang dijalaninya itu. Mereka bertindak seolah-olah telah kehilangan gairah, mengartikan semua keindahan sebagai susunan-susunan biasa yang sudah semestinya terjadi dalam kehidupan. Karena alasan ini mereka tidak dapat memperhatikan keindahan dan sisi lebih mereka.

Dalam Al-Qur’ân Allah menggambarkan situasi mereka sebagai berikut:

“Dan ingatlah pada hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (seraya dikatakan kepada mereka), “kamu telah menghabiskan (rezeki) yang baik untuk kehidupan duniamu, dan kamu telah bersenang-senang menikmatinya, maka pada hari ini kamu dibalas dengan azab yang menghinakan, karena kamu sombong di bumi tanpa mengindahkan kebenaran, dan karena kamu berbuat durhaka (tidak taat kepada Allah).” (QS. Al-Ahqâf, (46):20)

Allah menceritakan bahwa di hari akhirat Dia tidak akan mencurahkan keberkahan kepada mereka yang mendekati keindahan, kebaikan, dan peristiwa-peristiwa menyenangkan dalam kehidupan dengan ketidakpedulian, dan Allah tidak akan terpengaruh oleh mereka.

Pandangan orang-orang mu’min tentang kehidupan di dunia sungguh berbeda dari mereka yang merasakan peristiwa dalam ketidakpedulian. Bagi orang mu’min, “kehidupan di dunia” penuh dengan kejutan, keindahan, kebaikan, dan kebijaksanaan. Kenyataan bahwa Allah melingkupi mereka dengan perwujudan keindahan perbuatanNya yang tak terhingga dan sifat-sifat luhurNya yang khas, membuat orang-orang mu’min menjalani kehidupan dengan penuh gairah dan antusias. Setiap saat mereka merasakan kesenangan dalam mengenal keindahan lainnya yang Allah ciptakan dan perwujudan rahmatNya yang tidak terhingga.

Mereka yang tidak beriman benar-benar tidak peduli atas anugrah yang begitu besar ini dan mereka dicabut darinya. Karena setiap saat Allah menciptakan keindahan-keindahan yang tidak disangka–beserta detailnya–yang hanya dapat dirasakan dengan keyakinan (iman) dan hati nurani. Bersama peristiwa ini–yang hanya dapat dilihat oleh mereka yang memiliki keyakinan–Allah membuat hamba-hambaNya merasakan kedekatanNya pada mereka. Merasakan kedekatan ini adalah sebuah kebahagiaan dan keberkahan yang besar bagi seorang mu’min.

Terkadang muncul sesuatu yang tampaknya biasa, peristiwa sehari-hari yang terdapat dalam pikiran seseorang; terkadang menerima pemberian melalui cara yang tidak diduga yang–sebelumnya–diharapkan seseorang dalam doa; terkadang menemui peristiwa menyenangkan yang telah ditakdirkan oleh Allah, itu semua merupakan keberkahan yang amat besar, nutrisi bagi pikiran dan perantara untuk dapat mendekatkan diri pada Allah.

Dalam Al-Qur’ân Allah mengingatkan hamba-hambaNya yang ikhlas mengenai rahmatNya yang tidak terbatas pada seluruh manusia; menunjukkan bahwa Dialah Pelindung dan Penolong yang sesungguhnya, dan Dia menjawab doa hambaNya yang tulus. Oleh karena itu, seorang mu’min selalu sadar akan perwujudan rahmat Allah. Bahkan dalam wujud cobaan dan kesulitan pun ia mengetahui bahwa ini merupakan keindahan (nikmat) yang diperuntukkan baginya. Akan tetapi, Allah juga menciptakan keindahan-keindahan tertentu–yaitu tanda-tanda yang menunjukkan ketetapan dan perincian–yang akan menghilangkannya dari cara pandang yang biasa, sehingga ditakjubkan dan dianugrahinya suatu keyakinan yang kuat. Pada masing-masing peristiwa ini, seorang mu’min merasakan kenikmatan dalam menyaksikan perwujudan rahmat Allah yang tidak terhingga, cinta dan kedekatanNya, serta ikatan hangat kepada hambaNya. Jiwa dan raganya diselimuti oleh cinta dan kecenderunganNya. Selama ia masih melihat perwujudan kehendak Allah yang tak terhingga, meyakini bahwa Dia dapat melakukan segalanya dan Dialah yang maha Pemurah dan maha Penyayang, maka kedekatannya pada Allah akan terus meningkat.

Tetapi bagi seorang mu’min untuk mengalami keyakinan yang demikian menyenangkan, ia tidak perlu menyaksikan peristiwa yang besar atau menerima pemberian yang belum pernah diperoleh sebelumnya. Terkadang yang tampak biasa atau peristiwa tidak penting–seperti menerima sesuatu yang begitu diinginkan dalam pikiran, memperoleh jawaban atas pertanyaan ketika begitu dibutuhkan, atau ditawarkan makanan yang disukai di saat yang tak diduga–mungkin juga sudah cukup menunjukkan. Peristiwa-peristiwa itu sendiri mungkin tidak penting, tetapi maksud sebenarnya dari peristiwa ini yang telah ditetapkan oleh Allah sangatlah besar. Semua peristiwa ini adalah perwujudan kekuasaan Allah, rahmatNya yang tak terbatas. Menyatakan bahwa Dialah yang bersama hambaNya sejak semula dan Dia melihat dan mengetahui segalanya. Masing-masing perincian ini adalah keindahan yang tidak diduga yang Allah ciptakan untuk membentuk hambaNya yang dengan teguh mencintaiNya, seraya menunjukkan kedekatanNya pada mereka. Menyaksikan kenyataan yang begitu hebat ini merupakan perantara yang sangat menggerakkan gairah orang-orang mu’min dan mendekatkan mereka pada Allah.

“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepadaKu. Hendaklah mereka itu memenuhi perintahKu dan beriman kepadaKu, agar mereka memperoleh kebenaran.” (QS. Al-Baqarah, (2):186)

ALLAH BERKUASA ATAS SEGALANYA

Allah, pencipta segala sesuatu, satu-satunya pemilik seluruh makhluk. Dialah Allah yang menghimpun gumpalan awan, yang memanaskan dan menerangi bumi, merubah arah angin, menetapkan burung-burung tetap di langit, menyemai benih, menentukan detak jantung manusia, menetapkan fotosintesis tanaman, dan menjaga planet-planet pada orbitnya. Orang pada umumnya mengira bahwa fenomena seperti itu terjadi menurut “hukum fisika”, “gravitasi”, “aerodinamika”, atau faktor-faktor fisika lainnya; akan tetapi, terdapat satu kebenaran pentingyang mereka abaikan: semua hukum fisika itu diciptakan oleh Allah. Sesungguhnya, satu-satunya penguasa di alam raya ini adalah Allah.

Allah mengatur segala sistemdalamsetiap peristiwa di bumi, tanpa memperhatikan apakah kita menyadarinya, atau apakah kita tertidur, duduk, atau berjalan. Pada masing-masing banyaknya proses di alam ini dan segala yangesemsialbagi eksistensi kita, semua itu berada di bawahkendali Allah. Bahkan kemampuan kita untuk mengambil sebuah langkah kecil pun bergantung pada ciptaan Allah dengan sangat detail, termasukgayagravitasi bumi, struktur kerangka manusia, sistem saraf dan otot, otak, jantung, dan bahkan kecepatan rotasi bumi.

Menghubungkan eksistensi dunia dan seluruh alam pada kebetulan belaka sungguh sebuah khayalan. Aturan hebat yang berlaku di bumi maupun alam raya sepenuhnya menentang kemungkinan pembentukan melalui suatukebetulan, dan–bahkan–lebih sebagai pertanda jelas kehendak Allah yang tidak terbatas. Sebagai contoh, orbit bumi mengelilingi matahari manyimpang hanya 2,8 mm di setiap 29 km dari jalur yang sebenarnya. Jika penyimpangan ini 0,3 mm lebih panjang atau lebih pendek, maka semua makhluk hidup di penjuru bumi akan membeku atau terbakar. Sementara, sebenarnya mustahil–bahkan–bagi sebuah kelereng berputar pada orbit yang sama tanpa penyimpangan sedikitpun, dan bumi mengerjakan bagiantersebutmeskipun memiliki masa yang besar. Sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’ân,“...Allah telah menetapkan kadar pada seala sesuatu...” (QS. Al-Thalâq, (65):3). Sebenarnya, keteraturan di alam yang begitu baik ini, dipelihara sebagai wujud sistem yangluar biasayang bergantung sepenuhnya pada pola keseimbangan yang rumit.

Beberapa orang menganut keyakinan yang keliru, bahwa Allah “menciptakan segalanya dan kemudian meninggalkannya sebagaimana yang telah ditetapkan”. Akan tetapi, peristiwa apapun yang bertempat di alam raya ini, terjadi semata oleh kehendak Allah dan di bawah kendaliNya. Hal ini dinyatakan dalam Al-Qur’ân:

“Tidakkah kamu tahu bahwa Allah mengetahui segala yang ada di langt dan di bumi? Yang demikian itu sudah terdapat dalam sebuah kitab (lauh mahfuz). Sesungguhnya yang demikian itu sangat mudah bagi Allah.(QS. Al-Hajj, (22):70)

Sangat penting menggenggam fakta ini bagi seseorang yang tengah berjuang dekat pada Allah. Doa Nabi Muhammad saw. yang dikutip dibawah ini merupakancontoh yang sangat tepat:

Ya Allah: segala puji bagiMu: Engkaulah Penguasa langit dan bumi. Segala puji bagiMu; Engkaulah Pemelihara langit dan bumi dan segala yang ada di dalamnya. Segala puji bagiMu; Engkaulah Cahaya langit dan bumi. PerkataanMu itu benar, dan janjiMu juga benar, dan pertemuan denganMu itu benar, dan surga dan api neraka juga benar, dan waktu itu benar. Ya Allah! aku serahkan diri ini padaMu, dan aku percaya dan bergantung padaMu, dan aku bertobat padaMu, dan dengan petunjuk-petunjukMu aku berdiri menghadapi musuh-musuhku, dan padaMu aku tinggalkan hukuman (untuk mereka yang menolak pesanku). Ya Allah! Ampunilah dosa-dosaku yang telah kulakukan atau aku lakukan nanti, dan juga dosa-dosa yang aku lakukan secara terang-terangan maupun tersembunyi. Hanya Engkaulah Tuhanku yang aku sembah dan tiada Tuhan bagiku (yaitu tidak menyembah kecuali padaMu). (HR. Al-Bukhârî)

Proses rumit yang terjadi pada tubuh makhluk hidup adalah contoh menarik yang membantu kita meyakini kehendak Allah. Sebagai contoh, di setiap saat, ginjal menyaring darah dan melepaskan molekul-molekul berbahaya untuk dikeluarkan dari tubuh. Penyaringan dan proses pembersihan ini , yang dapat dijalankan oleh satu sel ginjal, hanya dapat dikerjakan oleh haemodialyser (ginjal buatan). Haemodialyser secara sengaja dirancang oleh parailmuan. Akan tetapi, ginjal tidak merasakan atau memilikipusatpembuat keputusan, ataupun daya berpikir. Dengan kata lain, sel ginjal yang ‘tidak sadar’ ini dapat menyelesaikan tugas yang–justru–menuntut sebuah proses berpikir yang rumit.

Adalah hal yang mungkin menemukan jutaan contoh serupa di dalam makhluk hidup. Molekul, tersusun dari materi yang ‘tidak sadar’, melakukan tugas yang begitu hebatyangsebaliknya memberi kesan ‘kesadaran’. Jenis ‘kesadaran’ dalam perkara ini jelas–tentunya–merupakan ilmu dan kearifan Allah yang tidak terbatas. Allah lah yang menciptakan sel-sel ginjal, seperti halnya moleku-molekul tersebut, dan yang menetapkan–dalam keteraturan–untuk menjalankan tugasnya masing-masing. Dalam Al-Qur’ân Allah menerangkan pada kita bahwa Dia yang terus-menerus mengirimkan ‘perintah’ pada makhluk ciptaanNya:

Allah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. At-Thalâq, (65):12)

Jelaslah, Allah, yang menciptakan segala yang ada di alam ini, tentu saja dapat menghidupkan yang mati. Dari kenyataan ini, Allah menetapkan sebagai berikut:

“Tidakkah mereka memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi, dan Dia tidak merasa letih karena menciptakannya, dan Dia kuasa menghidupkan yang mati? Begitulah, sungguh Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”(QS. Al-Ahqaf, (46):33)

SEBELUM ANDA MENYESAL


Kadang kala orang menghadapi penderitaan fisik dan rohani serta berbagai kesulitan di dunia. Perasaan-perasaan (penderitaan) ini begitu kuat sehingga tidak bisa dibandingkan dengan rasa sakit fisik manapun. Perasaan yang menyebabkan tekanan besar dalam jiwa manusia yang dimaksud disini adalah sebuah perasaan yang disebut dengan 'penyesalan'.

Ada dua bentuk penyesalan yang sangat berbeda satu sama lain. Yaitu, penyesalan yang dirasakan oleh orang beriman dan penyesalan yang dialami orang yang tidak beriman (kafir).

Orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang memiliki kepercayaan sepenuhnya bahwa setiap peristiwa yang terjadi merupakan Kehendak Allah, dan apa pun yang menimpa mereka juga atas Kehendak Allah. Hal ini menjelaskan betapa mereka memiliki kepercayaan penuh dan tidak berputus asa pada Tuhan serta melaksanakan ibadah untuk memperoleh ketenangan, pada waktu-waktu yang utama, baik ketika berada dalam masalah atau ketika mereka melakukan kesalahan. Ketika melakukan kesalahan, orang beriman segera bertobat dengan tulus dan berharap ampunan dari Allah. Oleh karena itu, ia tidak mengalami penderitaan batin yang amat sulit dan penyesalan hidup yang berkepanjangan. Penyesalan yang dirasakan oleh orang beriman mendesak mereka untuk bertobat, untuk menyucikan diri dan mencegah mereka untuk mengulangi kesalahan ini. Hal ini membantu mereka memperbaiki kesalahan mereka dan mencegah mereka terjun ke dalam suasana hati yang amat sulit dan pesimis. Selain itu, penyesalan ini tidak mengurangi antusiasme mereka, pengabdian, atau semangat keagamaan, dan juga tidak menyeret mereka pada sebuah lingkaran ketakutan dan depresi.

Di sisi lain, penyesalan yang dirasakan oleh orang-orang kafir sangat menyedihkan dan konstan, karena mereka tidak bertawakal kepada Allah ketika mereka menghadapi kesulitan atau melakukan hal yang dilarang oleh Allah. Sepanjang hidup mereka, mereka sering mengungkapkan "Saya berharap saya tidak melakukan ini ..." "Saya berharap saya tidak pernah mengatakan ini ...", dan sebagainya.

Lebih pentingnya lagi, orang-orang kafir akan terjebak pada sebuah penyesalan yang jauh lebih besar di akhirat. Mereka yang memisahkan urusan agama dengan urusan dunia (sekuler), akan menyesal setiap saat dalam kehidupan mereka. Mereka telah diberi peringatan sebelumnya dan ditunjukkan jalan yang lurus. Mereka memiliki cukup waktu untuk merenungkan dan memikirkan mana yang benar. Namun mereka tidak mendengarkan ketika mereka diperingatkan, mengabaikan akhirat seolah-olah mereka tidak akan pernah mati. Kemudian di akhirat, mereka tidak akan memiliki kesempatan untuk kembali ke dunia ini dan memperbaiki kesalahan mereka. Dalam Al-Qur'an, ungkapan penyesalan mereka tertulis sebagai berikut:

Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata: "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah."

(QS. An-Naba', (78):40)

Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata: "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman", (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan).

(QS. Al-An'am, (6):27)


Mereka akan berkata:

Dan mereka akan berkata: “Kalau saja kami benar-benar mendengarkan atau menggunakan akal kami (memikirkan peringatan itu), maka tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang apinya menyala-nyala.”

(QS. Al-Mulk, (67):10)

Perlu diingat bahwa pada hari itu tidak seorang pun yang menyesal akan diselamatkan dari murka Allah. Satu-satunya cara untuk menghindari penyesalan ini adalah dengan tunduk kepada Allah selagi masih ada waktu dan mematuhi segala perintah Allah.

Patuhilah seruan Tuhanmu sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak kedatangannya. Kamu tidak memperoleh tempat berlindung pada hari itu dan tidak (pula) dapat mengingkari (dosa-dosamu).

(QS. Asy-Syuura, (42):47)

MENGHINDARI KESIA-SIAAN

Lalai menghargai berkah atau pemberian dari Allah, menghabiskan atau menghambur-hamburkan sesuatu adalah bentuk kesia-siaan, bertentangan dengan yang Allah peringatkan dalam A-Qur’ân:

“Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al-Isrâ’, (17):26-27)

Kelalaian atas limpahan berkah yang diberikan Allah menunjukkan kurangnya bersyukur padaNya. Seperti yang ditetapkan dalam Qur’ân, mengingkari syukur adalah sifat setan; oleh karena itu, mereka yang tidak bersyukur pada Allah dengan mengabaikan ketetapanNya, menjadi “saudara iblis” atau pengikut setan.

Sementara keberkahanssemestinyasecara logisdapat meningkatkan rasa bersyukur seseorang kepada Allah, maka menyia-nyiakannya menunjukkan sikap pengingkaran, sebuah sikap yang mungkin akan mencabut rahmat dan berkah Allah pada seseorang di hari akhirat.

Surga adalah tempatnya kemuliaan yang dihiasi oleh nikmat Allah yang sempurna dan tak terbatas. Akan tetapi, tak mungkin bagi seseorang yang tetap tidak peka terhadap limpahan berkah di dunia, dapat–dengan pantas–menghargai berkah Allah di surga dan memujiNya.

Agar layak mendapatkan surga, seseorang pertama-tama harus menghargai apa yang telah Allah berikan padanya ketika masih di dunia.

Meskipun seseorang mungkin menghindari pemborosan yang besar, tetapi ketidakpedulian, penyalahgunaan serta lalai atau salah dalam menjaga perkara-perkara yang kecil, dianggap sebagai bentuk pengingkaran syukur juga.

Seorang mu’min–terutama–harus cermat dalam persoalan-persoalan demikian karena takut menjadi ingkar atau lalai dalam menghormati Allah.

Dalam Al-Qur’ân, Allah menginginkan hamba-hambaNya memperoleh manfaat dari berkahNya menurut cara yang terbaik, sekalipun mereka dapat menghindari kesia-siaan:

“Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang bagus setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” (QS. Al-A`râaf, (7):31)

MENGAPA PARA DARWINIS BUNGKAM BEGITU LAMA?

Saat ini, telah lama kita tidak mendengar berita apapun dari para Darwinis dan medianya,yangselama puluhan tahun terus menerus mengabarkan kisah-kisah palsu tentang evolusi, tak henti-hentinya menciptakan fosil khayalan dan mengumumkan bahwa “mata rantai yang hilang telah ditemukan”, dan yang menggembar-gemborkan teori-teori yang tak terhitung jumlahnya yang menyatakan bahwa sebuah sel dapat muncul secara tiba-tiba dan mengkait-kaitkan kisah-kisah berlebihan tersebut seolah-olah mereka benar-benar terjadi. Desas-desus mengenai mata rantai yang hilang telah tiada, pernyataan panjang mengenai evolusi yang diberikan kepada media cetak telah berakhir dan para Darwinis yang biasanya tampil di berbagai acara televisi setiap minggunya tak lagi terlihat. Apa yang menjadi alasan perubahan besar tersebut?

Alasannya adalahkekalahan besar yang diDERITA PARA Darwinis

Darwinis telah mempraktekkan hipnose massa yang sitematis selama kurang lebih 150 tahun, sejak hari Darwin. Mereka telah membungkam semua suara yang menentang mereka. Mereka berhasil mencari cara untuk mempengaruhi banyak sekolah dan universitas. Sejumlah besar media pun berada di bawah kendali mereka. Media bertindak seketika itu juga disaat propaganda Darwinis membutuhkannya, dan dengan demikian, kemunculan “mata rantai khayalan” yang serba tiba-tiba pun diyakini.

Sistem tersebut dijalankan dengan sangat sistematis dan berhasil. Hipnose massa terus berlangsung sebagaimana yang direncanakan. Para anti Kristus telah bekerja selama 150 tahun. Mereka melanjutkannya dengan hipnose yang sangat mendalam hingga terciptalah penganut paham Darwinisme, Materialisme, bahkan Anti Agama. Ia memberikan bermacam-macam mantra kepada masyarakat dengan mengatakan “Anda adalah Darwinis, dan Anda ada secara tiba-tiba.” Di bawah pengaruh mantra Anti Kristus ini, orang-orang percaya bahwa bertahun-tahun lalu mereka ada secara tiba-tiba, dan percaya begitu saja bahwa Darwinisme memang benar.

Namun, pembongkaran hipnose massa ini merupakan sesuatu yang tak pernah diharapkan Darwinis.

Atlas Penciptaan merupakan Keruntuhan Terburuk bagi Kaum Darwinis

Atlas Penciptaan memberikan pukulan besar kepada kaum Darwinis. Mereka bingung mengenai apa yang harus dilakukan setelah Atlas Penciptaan dan tidak pernah mengira akan mendapat pukulan telak secara mendadak. Mereka melihat bahwa mantra yang telah disebarkan kepada masyarakat selama bertahun-tahun mulai berakhir. Mereka berada dalam guncangan atas terbongkarnya keberadaan lebih dari 300 juta fosil. Bukti Penciptaan yang dengan sangat hati-hati telah begitu lama mereka sembunyikan, dengan jelas diperlihatkan kepada dunia. Orang-orang merasa heran mengetahui bahwa tak ada satupun yang merupakan fosil trasnsisi. Selain itu, terbukanya fakta bahwa kehidupan tidak bisa terjadi secara kebetulan (sebagaimana dugaan kosong para darwinis) dan bahwa tak satu pun protein bahkan yang paling sederhana sekalipun dapat terbentuk secara spontan, menyiapkan keruntuhan terbesar bagi Darwinis.

Darwinis, yang mampu melakukan segala macam penipuan dan tanpa rasa malu melakukannya selama bertahun-tahun, dan tanpa ragu-ragu menerbitkan laporan palsu dan penuh dusta di manapun dan kapanpun mereka inginkan dan kemudian dengan semaunya memaksakan hal tersebut pada semua orang, sekarang merasa malu karena dikenal sebagai penipu. Mereka terbiasa bertindak sebebas-bebasnya merasa bahwa kerajaan dusta mereka tak akan pernah terungkap, namun sekarang dihantui ketakutan bahwa orang lain akan menyadari bahwa mereka adalah penipu di mana pun mereka berada. Saat ini mereka benar-benar menyadari bahwa berita kebohongan dalam koran dan majalah tak terelakkan lagi pasti akan digugat (sebagaimana kasus penipuan IDA dan ARDI) dan mereka harus menarik semua pernyataan mereka dan mengeluarkan pernyataan maaf. Mereka menyadari bahwa laporan evolusi yang pernah dimanfaatkan untuk menyebarkan mantra evolusi sekarang hanya akan mempermalukan dan menjadikan mereka sebagai bahan tertawaan.

Itulah sebabnya Darwinis menjadi bungkam. Mereka tak bisa lagi berbohong. Teknik propaganda Darwinis tak lagi bermanfaat bagi mereka. Gerakan Anti Kristus yang menyebarkan Darwinisme kepada banyak orang, kini telah menjadi salah satu pukulan terberat bagi mereka. Darwinis tak bisa lagi menggunakan pers, yang dulunya merupakan senjata pamungkas mereka dalam melaporkan kebohonganya. Mengulang kebohongan tak lagi mampu menampung tujuan apapun.

Tentu saja para Darwinis tak pernah membayangkan hal ini akan terjadi. Namun, hal ini merupakan hasil yang telah lama diketahui dan dinantikan oleh umat Islam. Karena hal ini merupakan janji Allah di dalam Al Qur'an. Sebagaimana Allah berfirman dalam ayat"Sebenarnya Kami lemparkan yang hak (kebenaran) kepada yang batil (tidak benar) lalu yang hak itu menghancurkannya," (QS. Al-Anbiya', (21):18), Dia akan memberlakukan kekalahan yang hebat pada semua pendapat-pendapat sesat dan agama-agama yang berkembang melawanan keyakinan yang haq, dan semua kepercaan takhayul inipun akan lenyap. Darwinis akan melihat kemenangan yang semata-mata milik Allah dan orang-orang yang telah mengagungkan-Nya. Allah, Tuhan semesta alam, kekal dan abadi, Maha Besar, Maha Kuasa.

Sebagaimana disebutkan dalam sebuah ayat:

Katakanlah, 'Ya Allah! Penguasa Kerajaan! Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Engkau maha kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Imr'an, (3):26)

GUNTUR BERTASBIH MEMUJINYA

Tiga juta guntur dalam setahun

Sumber energi yang bergerak pada kecepatn 96.000 km/jam dan melepaskan panas 30.000o.

Pernahkah anda berpikir bagaimana guntur–sebagai salah satu peristiwa atmosfir terhebat yang Allah ciptakan–itu tebentuk dan bagaimana ia mampu melepaskan sejumlah energi yang demikian besar?

Selama hujan, guntur dan kilat yang tersusun dari pembentukan cahaya-cahaya terang akibat pelepasan energi listrik di ruang atmosfir, sesungguhnya merupakan sumber energi yang menghasilkan listrik lebih besar dari pada ribuan pembangkit listrik–di samping sebagai fenomena iklim. Jawaban atas pertanyaan bagaimana sumber-sumber energi alam ini terbentuk dan betapa besarnya sumber-sumber tersebut melepaskan cahaya dan panas adalah sebuah keajaiban penciptaan yang mengungkapkan kebesaran dan keagungan Allah swt. yang abadi.

Kehebatan pembentukan dalam sekejap: keajaiban kilat dan petir

- energi yang dilepas oleh sekali kilatan petir lebih besar dari pada energi yang dihasilkan seluruh pembangkit listrik di Amerika.

- Satu kilatan petir dapat menyalakan 100 watt bola lampu selama lebih dari tiga bulan.

- Pada titik sentuh petir ke bumi, cuaca memanas hingga 25.000o C. kecepatan kilatan petir 150.000 km/detik dan rata-rata ketebalannya 2,5-5 cm.

- Petir menghasilkan molekul nitrogen yang dibutuhkan bagi tumbuh-tumbuhan di Bumi utuk menunjang kehidupanya.

- Setiap petir rata-rata memiliki 20.000 amper daya listrik. Seorang tukang las hanya menggunakan 250-400 amper untuk mengelas baja.

- Petir bergerak pada kecepatan 150.000 km/detik, hampir setengah kecepatan cahaya dan 100.000 kali lebih cepat dari kecepatan suara.

Suara yang dilepaskan oleh satu kilatan lebih besar dari pada cahaya 10 juta bola lampu berdaya 100 watt. Ini menerangkan; apabila setiap rumah di Istanbul menyalakan satu bola lampu, pancaran cahaya dari satu kilatan petir akan lebih besar. Allah menyatakan fenomena kilat yang menakjubkan ini seperti “…kilauan kilatnya hampir membutakan pandangan.” (al-Nûr: 43)

Bagaimanakah kilat terbentuk?

Udara–yang dipanaskan oleh cahaya matahari–naik membawa molekul-molekul air yang menguap di dalamnya. Ketika udara yang naik ini mencapai ketinggian 2-3 km, udara tesebut bersentuhan dengan lapisan udara dingin. Saat kenaikan udara, kristal-kristal es yang terbentuk di dalam awan melepaskan energi listrik statis yang terbentuk karena pergesekan. Energi listrik ini mengandung unsur positif (+) pada lapisan atas awan dan unsur negatif (-) pada lapisan bawahnya. Ketika awan cukup terisi untuk mengionisasi udara; maka petir terbentuk.

Mengapa bisa bergemuruh?

Petir memanaskan udara di sekitarnya hingga 30.000o C dalam sepersejuta detik. Udara yang dipanskan meluas, dan menyebarkan gelombang suara yang lebih cepat dari kecepatan suara; dengan tekanan 100 kali lebih besar dari tekanan atmosfir normal. Sama halnya dengan pesawat yang melintas dengan kecepatan suara, ini menyebabkan ledakan suara (gemuruh) di udara, sehingga dinamakan gemuruh/guntur.

Mengapa cahaya dan suara guntur tidak bersamaan mencapai bumi?

Ini dikarenakan suara guntur mencapai pendengaran kita dengan kecepatan suara (340 m/detik di udara); sedangkan petir mencapai visual (penglihatan ) kita dengan kecepatan cahaya (99, 793 km/detik). Ini menyebabkan perbedaan waktu antara dua peristiwa, dan dengan demikian membuat kilatan (petir) mencapai bumi lebih sebelum guntur.

Apa perbedaan antara kilat dan petir?

Ketika perbedaan muatan listrik menjadi lebih besar antara bumi dan awan, udara menjadi lebih mudah ditembus dari bumi ke awan; pelepasan energi listrik dimulai melalui saluran penghantar yang dibentuk oleh udara yang ditembus itu. Pelepasan energi listrik dari awan disebut dengan kilat, dan pelepasan energi listrik dari bumi disebut petir atau sambaran balik.

Kebenaran kilat yang dinyatakan dalam Qur’ân

Suratal-Ra’d–yang artinya “Guruh” atau “Guntur”–merupakan salah satu surat dalam Qur’ân. Allah memberitahukan bahwa guntur dibentuk oleh kilat yang bertasbih memujiNya: “Dan guruh bertasbih memujiNya (demikian pula) para malaikat karena takut kepadaNya…” (al-Ra’d: 13)

Sambaran kilat yang mengingatkan kita pada kematian

Pengalaman mereka yang selamat dari sambaran kilat yang dapat menyebabkan kematian ratusan orang setiap tahunnya, mengingatkan kita pada kematian dan juga pengungkapan ketakberdayaan seseorang di hadapan Allah. Kemungkinan seseorang tesambar petir adalah 1:700.000; akan tetapi tidak seharusnya seseorang meremehkan kemungkinan tersebut dan juga dampak yang dihasilkan. Menurut pengakuan mereka yang pernah tersambar petir, aliran listriknya–bahkan–dapat meledakkan kancing dan sleting baju dan seseorang dapat jatuh pingsan. Karena kerusakan otak yang dialaminya, seseorang yang dirawat secara intensif di rumah sakit harus belajar kembali bagaimana caranya berjalan, menelan makanan/minuman, atau dengan kata lain bagaimana caranya hidup kembali. Mereka relah menggambarkan bagaimana yang dirsakannya, dan ketika itu seola-olah mereka “hidup merana dan kemudian dihidupkan kembali.” Dalam Qur’ân, peristiwa yang sangat serupa terjadi ketika Allah tunjukkan pda kaum Nabi Musa as. Dengan keberanian yang keliru dan memalukan, bani Israel menuntut pada Nabi Musa as. agar mereka dapat melihat Allah dengan mata mereka, dan sementara menuntut, mereka ditunjukkan dampak kilat yang serupa. Pernyataan dalam ayat berikut “maka kilat menyambarmu hingga kamu mati” dan “kemudian kami membawamu kembali ke kehidupan setelah kamu mati,” menjadi petunjuk dari kenyataan bahwa mereka –ketika itu –merasa hidup kembali setelah jantungnya terhenti, akibat kejutan dan juga hilangnya kesadaran dan ingatan yang mereka alami. (Allah mengetahui yang terbaik) Berikut ini adalah ayat-ayat yang berhubungan dalam Qur’ân:

“Dan ingatlah ketika kamu berkata, “wahai Musa! Kami tidak akan beriman kepadamu seebelum kami melihat Allah dengan jelas,” maka petir menyambarmu, sedang kamu menyaksikan. Kemudian, kami membangkitkan kamu setelah kamu mati, agar kamu bersyukur.” (al-Baqarah: 55-56)

KESEDERHANAAN ORANG-ORANG MU’MIN

Seperti yang kita pahami dari ayat, “ orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengannya (ayat-ayat Kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya, dan mereka tidak menyombongkan diri” (al-Sajdah: 15), bahwa salah satu keadaan keimanan terpenting adalah kesederhanaan. Oleh karena itu, seperti yang dijelaskan ayat tersebut, mu’min itu selalu sederhana, menyadari bahwa Allah tidak akan mencintai siapapun yang sombong (al-Nisâ: 36).

“Adapun hamba-hamba Tuhan (Allah) yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, Salam.”(al-Furqan: 63)

Moralitas (akhlâq) Islam menuntut ketundukkan pada Allah, dan ketundukkan menuntut pengakuan atas kelemahan seseorang. Orang-orang mu’min, yang mengakui bahwa segalanya milik Allah dan bahwa dirinya lemah dan membutuhkanNya, juga akan bersikap sederhana terhadap hamba Allah yang beriman lainnya. Bersikap sombong bertentangan dengan keyakinan, dan Rasulullah saw.menyuruh orang-orang mu’min agar rendah hati dan memperlakukan sesama layaknya saudara, sebagaimana dalam hadits:

Janganlah saling iri, menaikkan harga sesuau kepada orang lain, saling membenci, saling berpaling, dan janganlah saling merendahkan harga jual, tetapi jadilah dirimu. Hai hamba-hamba Allah, bersaudaralah. Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Ia tidak menindas maupun menjatuhkanya, membohongi atau mencelanya. Kesalehan ada di sini–Nabi saw. menunjuk dadanya tiga kali. Cukup jahat bagi seseorang yang memandang rendah (hina) saudaranya sesame Muslim.(H.R. Muslim)

Kesombongan dan kesederhanaan terlihat terutama pada hubungan manusia. Sikap iblis, sebagaimana diceritakan dalam Qur’ân, menjelaskannya dengan sangat baik. Iblis menolak bersujud pada Nabi Adam. Menyadari akan kemahabesaran Allah, tidak masuk akal baginya secara terang-terangan mengakui kebesaran Adam di atas Allah. Tetapi, menyakiti adalah kebanggannya. Kepada Nabi Adamlah iblis menunjukkan keangkuhan, dan dengan demikian menampakkan sikap pembangkangannya kepada Allah.

Oleh sebab itu, kesombongan yang merupakan dosa terhadap Allah, terlihat pada hubungan seseorang dengan yang lain, demikian pula dengan kesederhanaan. Orang-orang mu’min menunjukkan ketundukkan mereka pada Allah dengan bersikap sederhana terhadap hambaNya yang lain. Menyadari bahwa mereka tidak bertanggung jawab atas sifat-sifat mereka, mereka bersyukur pada Allah, dan tidak pernah lupa bahwa Allah mungkin akan menariknya kembali kapanpun. Takut akan hukuman dari sang Pencipta dan Pemilik kekuasaan, mereka berlindung pada tak satupun selainNya. Ketundukan dan ketakutan orang-orang mu’min kepada Allah ini, diceritakan dalam ayat sebagai berikut:

“Katakanlah (Muhammad), “sesungguhnya tidak ada sesuatupun yang dapat melindungimu dari (azab) Allah dan aku tidak akan memperoleh tempat berlindung selain diriNya.”(al-Jinn: 22)

SADARLAH BAHWA ALLAH-LAH YANG MENGATUR SEGALA SESUATU DALAM SETIAP DETAIL NYA

Kebanyakan orangsenang ketika hal-hal terjadi sesuai dengan keinginan mereka, tetapi mudah kesal ketika hal-hal kecil tidak sesuai dengan keinginan mereka.Tetapi, seseorang memercayai Allah (khususnya muslim) tidak boleh memiliki sifat seperti itu. Dalam Al-Qur'an, Allah mengungkapkan kabar baik bahwa Ia telah menentukan setiap peristiwa yang terjadi hanyalah demi kebaikan hamba-Nya yang benar, dan tidak ada yang harus menjadi kesedihan atau kesulitan bagi mereka.

Seseorang yang mengetahui kebenaran ini didalam hatinya, dapat menyenangi hal apapun yang ia jalani dan berkah yang terdapat di balik hal itu.

Banyak orang tidak memikirkan bagaimana mereka tercipta ataupun mengapa mereka ada. Meskipun hati nurani mereka membimbing mereka agar sadar tentang keajaiban dan sempurnanya dunia yang dimiliki oleh Sang Pencipta, banyak sekali cinta yang mereka rasakan untuk kehidupan dunia ini, atau keengganan mereka untuk menghadapi kebenaran, membawa mereka untuk menyangkal realitas mengenai keberadaan-Nya. Mereka menolak bukti bahwa setiap kejadian dari hidup mereka telah ditentukan sesuai dengan rencana dan tujuan, tetapi perilaku mereka menunjukkan aksi yang salah, yakni menganggap hal-hal yang terjadi hanyalah kebetulan ataupun keberuntungan. Bagaimanapun, itu hanyalah pandangan sekilas dari manusia yang menghalangi mereka untuk melihat kebaikan/sisi positif dari suatu kejadian dan mengambil pelajaran dari kejadian tersebut.

Adajuga mereka, yang sadar akan keberadaan Tuhan, dan memahami bahwa Dialah yang telah menciptakan seluruh alam semesta. Mereka mengakui bukti bahwa Allah-lah yang menurunkan hujan atau mengatur terbit dan terbenamnya matahari. Mereka mengakui bahwa selain karena kuasa Allah, tidak ada satupun kejadian yang dapat terjadi. Namun, ketika terjadi sedikit insiden kecil dalam hidup mereka, mereka tidak dapat berpikir mengenai kekuasaan Allah. Namun demikian, Dialah yang mentakdirkan seorang maling untuk mencuri ke rumah seseorang saat malam, menjadikan suatu halangan yang membuat seseorang jatuh, sebidang tanah yang subur untuk menghasilkan tanaman menjadi gersang, perdagangan agar menguntungkan, ataupun panci masakan yang terlupakan di kompor. Setiap kejadian termasuk dalam hikmah Allah yang tak terbatas dan sesuai dengan rencana-Nya yang luhur. Setetes noda lumpur pada celana kita, sebuah tusukan pada ban, jerawat muncul di wajah seseorang, penyakit, atau hal yang tidak diinginkan, semuanya dimasukkan kedalam kehidupan seseorang dengan rencana tertentu.

Tidak ada seseorang yang mengalami—mulai dari ia membuka matanya—dapat berdiri sendiri tanpa bantuan dan terpisah dari Allah. Semua kehidupan, secara keseluruhan diciptakan oleh Allah, satu-satunya yang memegang kendali atas alam semesta. Ciptaan Allah adalah sempurna, tanpa cacat, dan penuh dengan tujuan. Ini adalah bagian dari takdir yang diciptakan oleh Allah, seseorang tidak boleh mendiskriminasi suatu kejadian dengan menetapkan suatu kejadian buruk dan jahat. Apa yang menjadi kewajiban pada seseorang adalah untuk mengenali dan menghargai kesempurnaan dari semua kejadian, dan untuk percaya dengan semua kepastian yang terletak didalamnya, terlebih dari itu kita juga harus sadar mengenai kebijakan Allah yang tak terbatas, semua dirancang untuk mengarah kepada tujuan yang luar biasa. Memang, bagi mereka yang percaya dan mengenali kebaikan dalam segala hal yang menimpa mereka, baik di dunia ini dan dunia luar merupakan bagian dari suatu kebaikan yang kekal.

Dalam Al-Qur’an, Allah menarik perhatian kita kepada fakta tersebut, hampir di setiap halaman. Inilah sebabnya mengapa kegagalan untuk mengingat bahwa segala sesuatu menurut takdir tertentu merupakan kegagalan bagi seseorang yanb beriman. Takdir yang sudah ditentukan oleh Allah itu unik, dan dialami oleh seseorang persis seperti yang telah Allah tetapkan. Orang awam bisa merasakan keyakinan pada takdir hanya sebagaicara untuk “menghibur saat terjadi bencana.”

Takdirditahbiskan oleh Allah adalah unik, dan dialami oleh seseorang dalam persis cara Allah telah ditakdirkan. Orang biasa merasakan keyakinan pada takdir hanya sebagai cara untuk "menghibur saat terjadi bencana". Seorang mukmin, di sisi lain, mencapai pemahaman yang benar terhadap takdirnya, sepenuhnya menangkap bahwa itu adalah program yang sempurna satu-satunya yang dirancang khusus untuknya.

Takdir adalah agenda sempurna yang seluruhnya dikembangkan untuk seseorang untuk masuk surga. Hal ini penuh dengan berkat dan untuk tujuan ilahi. Setiap kesulitan yang ditemui seseorang di dalam dunia ini akan menjadi sumber kebahagiaan tak terbatas, suka cita, dan damai di akhirat. Ayat “Karena seseungguhnya sesudah kesulitan datang kemudahan.” (Q.S. Al-Insyirah : 5) menarik perhatian kita pada fakta ini, dalam takdir seseorang, kesabaran, dan keberanian dari seseorang yang beriman adalah ditakdirkan bersama dengan imbalannya masing-masing di akhirat.

Ini mungkin terjadi selama hari itu, bahwa orang beriman akan menjadi jengkel atau khawatir tentang hal-hal tertentu yang telah terjadi. Alasan utama dari rasa jengkel tersebut adalah kegagalannya untuk mengingat bahwa kegagalan dalam hidupnya adalah bagian dari takdir yang khusus diciptakan oleh Allah. Padahal, ia akan dihibur dan tenang ketika ia diingatkan tentag tujuan penciptaan Allah.

Inilah sebabnya mengapaorang beriman harus belajar untuk terus diingat bahwa semuanya sudah ditakdirkan, serta mengingatkan orang lain mengenai fakta ini. Dia harus menunjukkan kesabaran dalam menghadapi kejadian tersebut bahwa Allah telah ditakdirkan untuknya, di relung tanpa batas waktu, menaruh kepercayaan kepada-Nya, dan berusaha untuk mengenali alasan-alasan di balik itu. Mereka yang berusaha memahami alasan ini akan—dengan izin Allah—sukses. Meskipun mereka mungkin tidak selalu bisa mendeteksi tujuan mereka yang sebenarnya, mereka harus tetap diyakinkan bahwa, ketika sesuatu terjadi, tentu saja untuk beberapa yang baik dan untuk tujuan.

Kepulangan Wanita dari Masjid

Jika Imam Salam, hendaklah wanita cepat-cepat keluar dari Masjid. Segera pulang kerumah.

Adapun laki-laki, masih tetap duduk di Masjid agar mereka TIDAK BERBARENGAN dengan kepulangan wanita.

Hal ini sesuai dengan yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah radhiyallohu ‘anha, “Sesungguhnya kaum wanita, mereka dahulu apabila Imam selesai sholat membaca salam, maka kaum wanita segera berdiri untuk pulang. Adapun Rosulullah sholallohu ‘alaihi wasallam dan kaum laki-laki yang sholat masih tetap duduk di Masjid sampai waktunya pulang. Apabila Rosulullah berdiri, maka berdiri pula kaum laki-laki.” HR. Bukhari

Berkata Imam Az-Zuhri, “Kami berpendapat, wallohu a’lam, hal itu dilakukan oleh kaum laki-laki agar mereka tidak berbarengan dan berpapasan dengan kaum wanita.”

Berkata Imam Asy-Syaukani [Nailul Author, 2/326], “dari hadits diatas menunjukkan bahwa disukai bagi Imam Sholat untuk memperhatikan keadaan makmumnya dan hendaklah imam menjaga dan berhati-hati, serta menjauhi tempat-tempat atau faktor-faktor terjadinya fitnah dalam jamaah makmumnya. Dimakruhkan ikhtilatnya laki-laki dan wanita di jalan (menuju dan pulang dari Masjid).”

Minggu, 04 Desember 2011

Definisi Pendidikan Islam

Arti pendidikan sangat beragam. Definisi atau pengertian pendidikan antara seorang ahli dan yang lainya tidaklah sama. Apalagi ahli-ahli pada zaman dahulu dan zaman sekarang. Berikut beberapa definisi pendidikan.

Menurut Prof. Dr. John Dewey, pendidikan adalah suatu proses pengalaman. Karena kehidupan adalah pertumbuhan, pendidikan berarti membantu pertumbuhan batin tanpa dibatasi oleh usia. Proses pertumbuhan ialah proses menyesuaikan pada tiap-tiap fase serta menambahkan kecakapan di dalam perkembangan seseorang.[1]

Menurut Prof. Herman H. Horn, pendidikan adalah proses abadi dari penyesuaian lebih tinggi bagi makhluk yang telah berkembang secara fisk dan mental yang bebas dan sadar kepada Tuhan seperti termanifestasikan dalam alam sekitar, intelektual, emosional dan kemauan dari manusia.[2]

Menurut Prof. H. Mahmud Yunus, pendidikan adalah usaha-usaha yang sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak dengan tujuan peningkatan keilmuan, jasmani dan akhlak sehingga secara bertahap dapat mengantarkan si anak kepada tujuannya yang paling tinggi. Agar si anak hidup bahagia, serta seluruh apa yang dilakukanya menjadi bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.[3]

Mnurut hemat kami, pengertian yang diberikan oleh Prof. H. Mahmud Yunus lebih mengena dan menyeluruh dibanding pengertian-pengertian pendidikan menurut para pakar lainya.

Pendapat diatas adalah pengertian tentang pendidikan. bila dikaitkan dengan Islam, maka menjadi “Pendidikan Islam”. Nama baru ini tentunya memiliki pengertian tersendiri dari pengertian-pengertian di atas, walau dalam kenyataanya masih dapat ditarik benang merah diantara beberapa pengertian tersebut. Beberpa pengertian tentang pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

M. Yusuf Al-Qardhawi memberikan pengertian bahwa: “pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya; akal dan hatinya; rohani dan jasmaninya; akhlak dan ketrampilanya. Karena itu, pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup, baik dalam keadaan damai maupun perang dan menyiapkanya untuk masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatanya, manis dan pahitnya”.[4]

Hasan Langgulung merumuskan pendidikan islam sebagai suatu “proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat”.[5]

Menurut Syah Muhammad A. Naquib Al-Attas, pendidikan Islam ialah usaha yang dilakukan pendidik terhadap anak didik untuk pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang benar dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan. Sehingga, membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian.[6]

Sedangkan menurut M. Arifin, pendidikan Islam adalah system pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupanya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadianya.[7]

Dari pengertian-pengertian diatas, dapatlah kita mengambil benang merah pengertian pendidikan Islam. Pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada anak didik untuk mempersiapkan kehidupan yang lebih baik. Dalam prakteknya, pendidikan Islam bukan hanya pemindahan pengetahuan kepada anak didik, namun perlu diintegrasikan antara tarbiyah, ta’lim dan ta’dib, sehingga dapatlah seseorang yang telah mendapatkan pendidikan Islam memiliki kepribadian muslim yang mengimplementasikan syari’at Islam dalam kehidupan sehari-hari, serta hidup bahagia di dunia dan akhirat.


[1] Hafi Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983)

[2] Ibid. hal 27

[3] Op.Cit, Mahmud Yunus, At-Tarbiyyah wa Ta’lim

[4] Yusuf Al-Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna, terj. Prof. H. Bustami A. Gani dan Drs.Zainal Abidin Ahmad (Jakarta: Bulan Bintang, 1980) h.157

[5] Hasan Langgulung, Beberapa pemikiran tentang pendidikan Islam (Bandung: Al-Ma’arif, 1980) h.94

[6] Drs. H. Hamdani Ihsan dan Drs. H. A. Fuad Hasan, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 1998) h.16

[7] Op.Cit, M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, h.10

Islam adalah Agama dan Sumber Peradaban Dunia

Agama Islam adalah agama yang syaamil dan kaamil. Artinya, sempurna dan menyeluruh sebagai rahmat bagi seluruh ummat manusia. Derajat kesempurnaan agama ini tidak dapat diruntuhkan oleh berbagai pendapat. Malahan, beberapa kalangan yang mencoba mengobok-obok Islam, terkena batunya sendiri.

Kesempurnaan Agama Islam bukan hanya terletak pada aspek ibadah dan kepercayaan. Lebih daripada itu, Islam memiliki syari’at bagi ummatnya yang menjadi pedoman kebahagiaan di dunia dan akhirat. Syari’at inilah pokok beradabnya suatu bangsa. Tanpa syari’at/ peraturan, manusia tidak lebih dari binatang yang saling memusuhi satu sama lainya, walau berakal.

Dalam syari’ah Islam, seorang disuruh untuk melakukan kebaikan dan menjauhkan diri dari kemungkaran. Mewajibkan kepada ummatnya untuk menjaga kebersihan, menepati janji, berkata jujur, tidak mengkhianati amanah dan masih banyak lagi perintah dalam syari’at Islam yang mengarahkan manusia untuk membentuk sebuah peradaban.

Maka, tak ayal sumber utama peradaban ummat Islam terletak pada dua pusaka yang ditinggalkan Nabi akhir zaman, Muhammad SAW. Kedua pusaka itu adalah Al-Qur’an dan As-sunnah. Membaca dan mengamalkan kedua pusaka tersebut, maka seseorang tidak akan tersesat baik di dunia maupun akhirat. Dalam kata lain, sudah mendapatkan jaminan kebahagiaan selamanya.

Namun begitu, terkadang manusia lengah bila ditempa ujian dari Allah, Tuhan Semesta alam. Hakikat ujian bukanlah bencana. Tapi itu adalah suatu anugerah dari-Nya, tanda bahwa Ia memperhatikan seorang hamba. Tiada sedikitpun kehidupan dalam diri seorang muslim, kecuali bermanfaat baginya. Dari pada itu, ada sebuah kata bijak untuk mengkiaskan keadaan seorang muslim. Sesungguhnya kehidupan seorang muslim itu sangat mulia, apabila ia mendapatkan kenikmatan ia berssyukur, maka itu baik baginya. Dan apabila ditimpa bencana, ia besabar, dan itu baik pula baginnya.

Filsafat sebagai Landasan Filosofis Bagi Ilmu

Filsafat sebagai Landasan Filosofis Bagi Ilmu

filsafat ilmu sebagai landasan filosofis ilmu pengetahuan

buku filsafat ilmu pak Muslih

Proses dan hasil keilmuan pada jenis ilmu apapun, ternyata sangat ditentukan oleh landasan filosofis yang mendasarinya, yang memang berfungsi memberikan kerangka, mengarahkan, menentukan corak dari keilmuan yang dihasilkanya. Landasan filosofis yang dimaksud adalah asumsi dasar, paradigma keilmuan dan kerangka teori (Theoritical Framework).

Ketiga inilah yang lazim disebut sebagai filsafat ilmu atau filsafat keilmuan. Kerja ketiga landasan filosofis ini, memang tidak serta merta bisa ditunjukkan dalam wilayah praktis, namun jelas sangat menentukan corak ilmu yang dihasilkan. Dalam sejarah perkembangan ilmu, ketiga hal ini memiliki keterkaitan tidak saja historis namun juga sistematis. Disebut demikian, karena suatu paradigma tertentu lahir berdasarkan asumsi dasa tertentu, begitupula teori tertentu bekerja tidak keluar dari wilayah paradigmanya. Dengan demikian bisa dikatakan, hubungan ketiganya mengambil bentuk kerucut, dalam arti mulai dari yang umum ke yang lebih khusus.[1]

Dari bagan sederhana di samping bisa dilihat bahwa ilmu-ilmu lahir dari atau sangat ditentukan oleh kerangka teori (Theoritical Framework) yang mendasarinya, yang wilayahnya lebih umum (baca: lebih abstrak dan filosofis. Sementara kerangka teori lahir dari paradigma tertentu yang sifatnya juga lebih umum, begitupula paradigma tertentu juga lahir dari/berdasarkan asumsi-asumsi yang mendasarinya.

Asumsi dasar proses keilmuan diidentifikasi oleh filsafat ilmu menjadi beberapa aliran pemikiran, yang meliputi: rasionalisme[2], empirisme[3], kritisme dan intuisionisme[4], sementara paradigma keilmuan (dalam tradisi sains) meliputi:positivisme[5], post-positivisme[6], konstruktivisme[7] dan teori kritis (critical theory). Masing-masing paraadigma tersebut bisa mencakup beberapa kerangka teori, yang ssecara serius dibangun dan ditawarkan oleh seorang ilmuwan atau kelompok ilmuwan tertentu.

Dari sini bisa dipahami, jika beberapa ilmu kemudian dapat diklasifikasikan menurut kesamaan karakteristiknya, yakni atas dasar kesamaan teori atau paradigmanya. Misalnya seperti apa yang dilakukan Habermas, sebagaimana telah diuraikan diatas.

Menurut hakikat dan sebab-musabab keberadaannya, Filsafat Ilmu Pengetahuan merupakan sublimasi atau intisari dan berfungsi sebagai pengendali moral daripada pluralitas keberadaan ilmu pengetahuan. Hal ini berarti keberadaan Filsafat Ilmu Pengetahuan berfungsi sebagai bidang studi filsafat praktis dan bersifat normatif . Dengan keberadaannya dalam konteks pluralitas ilmu pengetahuan itu, maka Filsafat Ilmu Pengetahuan berkepentingnan pada nilai kebenaran ilmiah dan kegunaannya. Kedua nilai ini dibangun dalam satu kesatuan sistem, sehingga keberadaan pluralitas ilmu pengetahuan tetap terikat dalam sikap (pandang) ilmiah yang bersifat interdisipliner dan multidisipliner. Sedemikian rupa sehingga jalan dan metode pemberdayaan ilmu pengetahuan dan teknologi secara pragmatis bagi kelangsungan kehidupan yang berkeadilan menjadi jelas dan tepat.[8]

Ilmu skadar merupakan pengetahuan yang mempunyai kegunaan praktis yang dapat membantu kehidupan manusia secara pragmatis.[9]

Dari bagan di atas bisa dilihat bahwa ilmu-ilmu lahir dari atau sangat ditentukan oleh kerangka teori (theoretical framework) yang mendasarinya, yang “wilayahnya” lebih umum, sementara kerangka teori lahir dari paradigma tertentu yang sifatnya juga lebih umum, begitu pula paradigma tertentu juga lahir dari/berdasarkan asumsi yang mendasarinya.[10]


[1] Muslih, op.cit., hlm.40

[2] Rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta, daripada melalui iman, dogma, atau ajaran agama. Rasionalisme mempunyai kemiripan dari segi ideologi dan tujuan dengan humanisme dan atheisme, dalam hal bahwa mereka bertujuan untuk menyediakan sebuah wahana bagi diskursus sosial dan filsafat di luar kepercayaan keagamaan atau takhayul.

[3] Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan. Empirisme lahir di Inggris dengan tiga eksponennya adalah David Hume, George Berkeley dan John Locke.

[4] Suatu anggapan bahwa ilmu pengetahuan dapat dicapai dengan pemahaman langsung; berlawanan dengan proses pemikiran yang sadar atau persepsi yang langsung; anggapan bahwa kewajiban moral tidak dapat disimpulkan sendiri 9tanpa pertolongan Tuhan). Lihat: Pius A Partanto, M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiyah Populer, (Surabaya, Arloka: 1994)

[5] Anggapan bahwa yang berarti itu hanya proposisi analitik yang dapat dibuktikan kebenaranya secara empiris.

[6] Post Positivisme lawan dari positivisme: cara berpikir yg subjektif Asumsi terhadap realitas. Kebenaran subjektif dan tergantung pada konteks value, kultur, tradisi, kebiasaan, dan keyakinan.

[7] Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.

[8] Op.Cit, Suparlan, hlm.35

[9] Op.Cit, Jujun, hlm.72

[10] Op.Cit, Muslih, hlm. 40